Transplantasi rahim yang akan memungkinkan wanita memiliki anak akan tersedia awal tahun depan. Demikian menurut keyakinan dan harapan seorang peneliti terkemuka.
Setelah berhasil dilakukan pada hewan percobaan, dokter siap menanamkan wanita dengan rahim yang sehat dari seorang donor yang telah mendapat persetujuan. Hasil ini tentu akan membawa harapan bagi ribuan wanita usia subur yang lahir tanpa rahim atau terpaksa mengangkatnya karena alasan penyakit.
Prediksi soal transplantasi rahim yang siap dilakukan awal tahun depan berasal dari Profesor Mats Brannstrom dari University of Gothenburg di Swedia. Dia merupakan salah satu pionir terkemuka di dunia transplantasi organ wanita yang telah menghabiskan lebih dari satu dekade menyempurnakan teknik bedah kompleks yang diperlukan untuk transplantasi rahim.
Profesor Mats dan timnya telah berhasil menanamkan donor rahim pada tikus, tikus, domba, dan babi. Mereka berharap kesuksesan yang sama juga akan dirasakan kaum hawa. Sebuah tim dari Hammersmith Hospital di London juga telah mengembangkan transplantasi rahim dan sukses melakukan percobaan pada kelinci.
Sejauh ini, transplantasi rahim pada manusia hanya dilakukan di Arab Saudi pada 2000, tetapi organ yang disumbangkan gagal berkembang (hamil)setelah empat bulan ditanam. Demikian seperti okezone kutip dari Daily Mail, Selasa (29/3/2011).
Donor rahim
Rahim yang digunakan dalam transplantasi bisa berasal dari donor wanita hidup ataupun telah meninggal. Dokter mengatakan, garis keturunan yang dekat seperti kakak—setelah ia tak lagi ingin punya anak—atau ibu akan menjadi donor yang sangat baik.
Tetapi, dokter yang lain percaya bahwa satu-satunya cara untuk mendapatkan rahim dengan pembuluh darah sempurna untuk kehamilan adalah rahim yang berasal dari orang mati.
Selanjutnya usai transplantasi, penerima donor kemungkinan akan membutuhkan IVF (bayi tabung) untuk hamil dan operasi caesar untuk melahirkan karena jaringan baru tidak akan bertahan dengan kelahiran alami. Wanita tersebut juga harus mengonsumsi obat penekan kekebalan untuk mencegah penolakan oleh jaringan tubuh lainnya.
"Selama dekade terakhir, telah ada kemajuan dalam teknik bedah," kata Profesor Brannstrom dalam edisi terbaru Journal of Obstetrics and Gynaecology Research.
"Selama dekade terakhir, telah ada kemajuan dalam teknik bedah," kata Profesor Brannstrom dalam edisi terbaru Journal of Obstetrics and Gynaecology Research.
Ia berharap, transplantasi rahim akan dilaksanakan awal tahun depan, pada salah satu dari 10 rumah sakit di seluruh dunia.
Transplantasi bersifat sementara
Bahaya jangka panjang dari obat yang diperlukan untuk mencegah penolakan akan berarti bahwa rahim baru harus diangkat setelah satu atau dua kali kehamilan.
"Wanita yang tidak bisa mengandung, maka transplantasi rahim dapat menjadi salah satu cara untuk membantu mereka,” tutur Susan Seenan, patient support group Infertility Network, Inggris.
“Namun banyak pemikiran dan diskusi mengenai semua hal yang akan diperlukan," tambahnya.
Sementara Josephine Quintavalle, dari kelompok Comment on Reproductive Ethics mengatakan, "Saya pikir akan sangat sulit untuk membuktikan bahwa ini aman, dan percobaan sebaiknya tidak hanya pada wanita yang melakukan transplantasi, tetapi juga pada bayi yang dikandungnya.”
Para kritikus juga memperingatkan bila terobosan tersebut akan mengikis kesucian hidup. Mereka pun mempertanyakan keamanannya.
Dari Berbagai Sumber
0 comments:
Post a Comment